Ketentuan Dasar Dakwah Salafiyah
KETENTUAN DASAR DAKWAH SALAFIYAH
Oleh
Dr Muhammad bin Musa Alu-Nashr
Wahai saudara-saudaraku yang hadir dari dalam dan luar negeri ini. Demi menyambut kedatangan ikhwan kalian dari negeri yang jauh. Segala puji bagi Allah yang telah mengumpulkan kita semua diatas ketaatan kepada Allah dan manhaj salaf yang benar.
Wahai ikhwah …
Sesungguhnya dakwah Salafiyah telah mengakar kokoh dalam sejarah. Dia bukanlah dakwah yang baru lahir kemarin, dia ada sejak zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahkan sejak zaman para nabi sebelumnya. Oleh karena itu, ushul dan kaidah dakwah Salafiyah tidak diambil dari akal dan ijtihad serta istihsan (anggapan baik) manusia, akan tetapi diambil dari sumbernya yang suci yaitu al-kitab dan as-sunnah dengan pemahaman salaful umat ini.
Diantara ma’alim ushul (ketentuan dasar) dakwah salafiyah yang terpenting adalah:
1. Dakwah Salafiyah menyeru kepada asal dan rukun yang paling mendasar yaitu kepada Tauhid dan memperingatkan dari kesyirikan, karena dakwah Salafiyah adalah lanjutan dari dakwah para Nabi.
Semua dakwah yang tidak dibangun diatas asal dan rukun ini akan gagal, karena ibarat membangun atap sebelum tiangnya, sehingga atapnya akan roboh menimpa kepala penghuninya.
Umat Islam telah menuai bencana dan malapetaka dari dakwah yang tidak bersandar kepada asal ini dan tidak mengikuti manhaj dakwah para nabi, yaitu memulai dakwah (seruan) kepada tauhid dan pengesaan Allah dalam ibadah. Seluruh nabi datang untuk menyampaikan kepada kaum mereka satu perkataan seorang nabi yaitu :
يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَالَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ
Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Ilah bagimu selain-Nya.[Al-A’raaf/7:65]
Oleh karena itu dakwah Salafiyah mencintai orang karena tauhid, dan membenci orang yang menyelisihi tauhid.
2. Dakwah Salafiyah menyeru kepada Ittiba (mengikuti) Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam saja secara lahir dan batin.
Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menggantungkan kesuksesan dan keselamatan pada ittiba’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah berfirman.
وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَاتَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَاتَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَآءَتْ مَصِيرًا
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam. Dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali.[An-Nisa’/4:115]
FirmanNya.
وَإِن تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا
Dan jika kamu ta’at kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk.[An Nur/24:54]
FirmanNya:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa fitnah (cobaan) atau ditimpa azab yang pedih.[An Nur/24:63]
Maksudnya ditimpa fitnah dengan kesesatan dan kesyirikan, semoga Allah melindungi kita darinya. Bahkan Allah menyatakan bahwa syarat untuk mencintai dan supaya di cintai Allah adalah ittiba’ (mengikuti) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah berfirman.
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورُُ رَّحِيمُ
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.[Ali Imran/3: 31]
Barang siapa yang ingin dimasukkan kedalam golongan orang yang Allah cintai, maka dia harus mengikuti jalan Rasulullah dan merasa cukup dengan atsar (hadits) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, syiar dakwah Salafiyah adalah “firman Allah, sabda Rasulullah -yang shohih serta manhaj dan pemahaman salaful umat”. Termasuk ketentuan dasar dakwah Salafiyah adalah -berbeda dengan kelompok jamaah lainnya baik yang kuno atau yang modern- bersandar kepada pemahaman Salaf secara ilmu dan amal, maka Salafi (orang yang mengikuti Salaf) tidak akan mengatakan : “Kami saatu generasi setara dengan mereka”, akan tetapi Salafi akan mengatakan: “kami satu generasi yang mengikuti mereka yang telah dipuji Allah dalam firmanNya:
رِجَالُُ لاَّتُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلاَبَيْعٌ عَن ذِكْرِ اللهِ
Orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah. [An Nur/24:37]
Dan firman Allah:
فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُوا
Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.[At-Taubah/9:108]
Kami mengikuti mereka, karena mereka telah mendapat ridho dari Allah, Allah meridhoi mereka dan mereka meridhoi Allah-.
3. Dakwah Salafiyah melakukan Tasfiyah (pemurnian) terhadap Islam dari semua kebid’ahan, khurafat, kerancuan, pemikiran sesat dan falsafah yang tidak diterangkan Allah.
Dakwah salafiyah melakukan tazkiyah (pensucian) terhadap jiwa kaum muslimin agar mereka beruntung. Allah berfirman.
قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا. وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.[Asy-Syams/91: 9-10]
Dakwah Salafiyah mengambil ilmu yang murni, dari sumber yang murni dan menyampaikannya (ilmu) dalam keadaan murni. Karena ilmu jika tercampuri hadits-hadits dhoif (lemah) dan palsu, aqidah yang menyimpang lagi bathil, falsafat, kerancuan dan sampah pemikiran manusia, maka ilmu itu akan menjadi racun yang mematikan aqidah, pemikiran dan manhaj mereka dan akan memutuskan jalan mereka mencapai keridhoan Allah.
Tasfiyah (pemurnian) dan tazkiyah (penyucian jiwa) merupakan keistimewaan dan sendi-sendi dakwah ini. Madrasah al-Imam Mujadid zaman ini al-Albaniy telah melaksanakan peran yang cukup baik dalam hal ini sebagai lanjutan dari madrasah Salafiyah pertama sejak zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya sampai zaman ini dan sampai hari kiamat nanti.
4. Dakwah Salafiyah memperhatikan Ilmu dan Ulama, karena asas perbaikan agama hanya bisa tegak dengan Ilmu.
Lima ayat pertama yang diturunkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak beliau berilmu dan memerintahkan beliau membaca. Allah berfirman:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ {1} خَلَقَ الإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ {2} اقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ {3} الَّذِي عَلَّمَ ابِالْقَلَمِ {4} عَلَّمَ اْلإِنسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ
Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.[Al-‘Alaq/98 :1-5]
Qalam (alat tulis) yang merupakan asas dalam memperoleh ilmu, Allah pergunakan ia untuk bersumpah karena kemuliannya dan kemuliaan ilmu yang bisa dicapai. Allah berfirman:
ن وَالْقَلَمِ وَمَايَسْطُرُونَ
Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis. [Al-Qalam/68:1]
Kemudian Allah menjadikannya sebagai makhluk pertama karena kemulian dan kemulian ilmu dan pengetahuan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ فَقَالَ لَهُ : اكْتُبْ ، قَالَ : رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ ؟ قَالَ : اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ
“Makhluk yang pertama yang Allah ciptakan adalah qalam kemudina dia berfirman: “Tulislah!” Qalam menjawab: “Apa yang saya tulis?” Allah berfirman: “Tulislah apa yang terjadi dan akan terjadi” lalu qalam menulis segala sesuatu sampai hari kiamat“.
Dakwah Salafiyah memuliakan ulama akan tetapi tidak ekstrim terhadap mereka, karena tahu bahwa mereka adalah manusia biasa yang bisa salah dan benar. Mereka diikuti kebenarannya dan kesalahan mereka tidak sama sekali menurunkan kedudukan dan martabat mereka di dalam dakwah ini serta tidak mencela ulama rabbani yang telah menegakkan kebenaran dan berbuat adil. Ulama dakwah ini adalah mereka yang telah diakui oleh semua orang akan keimaman mereka dalam agama dan kedalaman ilmu mereka dan yang menjadi penerang petunjuk.
Kami telah melihat, alangkah susahnya orang awam atau orang yang berilmu setelah wafatnya imam kita yang tiga ; Ibnu baaz, al-Albaniy dan Ibnu Utsaimin. Mereka dan yang sekelas dengan mereka serta para murid mereka adalah penjaga umat ini dari kekacauan dan kesesatan, karena Ulama adalah pewaris para nabi sepanjang masa.
5. Dakwah Salafiyah mengajak kaum muslimin yang mengikuti contoh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, bekerjasama (ta’awun) dalam kebaikan dan taqwa, tidak mengajak para ahli bid’ah dan hizbi (orang partai).
Hizby telah memecah belah umat dan membuat mereka tidak akan berpendapat kecuali dengan pendapat partai sehingga kehizbiyahan mengakar dalam hati mereka. Mereka mencintai partai atau kelompok sebagaimana bani Isroil mencintai anak sapi, wal iyadzu billah.
Mereka (orang partai) mengobarkan slogan: “Ini dari kelompok saya dan dia dari kelompok musuh saya”, lalu bergabung dengan semua hizbi dan menjauhi semua sunni (orang yang mengikuti sunnah) walaupun sunni tersebut orang paling benar dizamannya.
6. Dakwah Salafiyah yang penuh barokah ini memperingatkan dan mencela fanatik golongan dan perpecahan serta sangat membenci perpecahan.
Juga mencela dan memperingatkan pelakunya, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mencela orang yang berpecah belah dan fanatik golongan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلاَتَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ . مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan.Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. [Ar-Ruum/30: 31-32]
Sebagaimana dakwah Salafiyah (berkat hidayah Allah) berada ditengah-tengah antara orang yang ghuluw (ekstrim) dan orang yang taqshir (orang yang meremehkan), mereka juga kelompok yang adil dan tengah-tengah.
Semoga Allah merahmati al-Hasan al-Bashri, ketika berkata: “agama kalian yang telah diturunkan kepada Nabi kalian diantara ghuluw yaitu ekstrim dan jaafi (orang yang suka meremehkan urusan)”
Demikianlah Allah memberikan keistimewaan kepada umat ini berupa keadilan dan kesederhanaan, Allah berfirman:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (ummat Islam), ummat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.[Al Baqarah/2:143]
Manhaj salaf mengajak kapada sikap netral dan adil dalam setiap sisi kehidupan, dalam aqidah, pemikiran, perkara dunia dan juga urusan dunia dan akhirat, sesuai dengan manhaj Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabatnya. Hal ini telah dijelaskan dan dikuatkan oleh hadits-hadits dan atsar yang banyak sekali dan sekarang tidak mungkin saya menjelaskan lebih dari ini.
7. Dakwah Salafiyah berdakwah kepada Allah berdasarkan ilmu dan keyakinan dan berdakwah dengan jelas dan hujjah serta membenci kesamaran dan ketidak jelasan, slogan mereka adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
أَتَيْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ النَّقِيَةِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا
“Saya bawakan kepada kalian agama yang terang benderang malamnya seperti siangnya“.
Oleh karena itu beliau meninggalkan umat ini diatas agama yang terang benderang dan jalan yang lurus. Mereka yang bergerak sembunyi-sembunyi dan takut bergerak di siang hari, menebar syubhat dan keraguan kedalam jiwa kaum muslimin. Sehingga kaum muslimin tetap waspada terhadap mereka. Kita tidak pernah tahu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bergerak di kegelapan, akan tetapi beliau bergerak di terangnya siang hari. Maka Dakwah salafiyah terang benderang, malamnya seperti siangnya dan tidaklah tergelincir darinya kecuali orang yang binasa.
8. Dakwah Salafiyah beramar makruf dan mencegah kemungkaran serta menegakkan kebenaran.
Tidak takut celaan orang yang mencela sambil tetap memperhatikan ketentuan hikmah, nasehat yang baik dan kelemah lembutan. Karena kelembutan jika masuk pada sesuatu, akan menghiasinya dan bila hilang dari sesuatu maka akan merusaknya, serta memperhatikan mashlahat dan mafsadat, karena melihat maslahat dan mafsadat termasuk dalam fiqih dakwah. Tidak mendapat taufiq dalam hal ini kecuali orang yang dikehendaki baik oleh Allah. Ini kaidah baku, kaidah ushul yang telah ditetapkan para ulama, yaitu menghindari mafsadat (kerusakan) lebih di dahulukan dari mengambil maslahat (kebaikan). Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Aisyah:
يَا عَائِسَةُ لَوْلاَ قَوْمكِ حَدِيْثُوْ عَهْدٍ بِالْجَاهِلِيَةِ لَهَدَمْتُ الْكَعْبَةَ وَلَجَعَلْتُهَا عَلَى قَوَاعِدِ إِبْرَاهِيْمَ
Wahai Aisyah, seandainya bukan karena kaummu yang baru saja meninggalkan kejahiliyahan, sungguh saya akan hancurkan ka’bah dan saya jadikan sesuai dengan pondasi dasar Ibrahim.
Beliau tidak melakukannya karena takut mafsadat (kerusakan). Seorang alim, pelajar dan da’i yang bermanhaj salaf seharusnya melihat segala sesuatu dengan cahaya Allah dan bashiroh sehingga dapat mengenal dan membedakan mana maslahat dan mafsadat.
9. Dakwah Salafiyah adalah orang yang paling mengenal kebenaran dan paling sayang kepada makhluk.
Dia tidak tertipu dengan banyaknya orang dan tidak merasa kecil hati dengan sedikitnya orang yang mengikutinya, tidak tertipu dengan banyaknya orang yang celaka.
Lihatlah disana ada seorang nabi yang bersamanya seorang, sekelompok dan ada nabi yang tidak memiliki pengikut seorangpun. ini membuat mereka tidak mundur dan terhalang dari kebenaran dan dakwah yang benar. Pada setiap masa pengikut dakwah yang benar itu sedikit, dalam hadits dijelaskan:
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِ لاَيَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ أَوْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ
Senantiasa ada sekelompok darei umatku yang menegakkan kebenaran tidak merugikan mereka orang yang mernyelisihinya atau menghinanya sampai datang hati kiamat
Lihatlah wahai muslim, wahai hamba Allah kepada kebenaran yang dibawa dakwah ini dan janganlah melihat kepada banyaknya orang, Allah berfirman:
وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.[Saba/34:13]
Sebagai penutup, dakwah Salafiyah beramal dengan dalil dan mengedepankan dalil atas semua pendapat orang, menghukumi perkataan orang kepada dalil, manhaj, aqidah dan ketentuan dasar dakwah salafiyah dan tidak menghukum ketentuan dasar dakwah salafiyah kepada pendapat orang.
Seandainya kebenaran diukur dengan pendapat orang, maka sungguh mengusap bagian bawah khuf (sepatu) lebih utama dari atasnya padahal yang benar berdasarkan dalil adalah mengusap bagian atas sepatu.
Saya sampaikan perkataan saya ini dan saya memohon kepada Allah supaya kita semua diberikan kemantapan diatas manhaj salaf dan aqidah salaf sampai mati dan semoga Allah menjadikan kita semua orang yang pantas bernisbat kepadanya. Sesungguhnya Allah yang menguasainya dan mampu untuk menunaikannya.
(Diterjemahkan oleh Kholid bin Syamhudi dengan sedikit perubahan, dari rekaman ceramah beliau di pembukaan dauroh syar’iyah fi masaail aqdiyah wal manhajiyah, di Surabaya tanggal 3 Muharom 1423H atau 17 Maret 2002 M)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun VI/1423H/2002M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/25302-ketentuan-dasar-dakwah-salafiyah-2.html